Senin, 25 Mei 2009

Cireundeu, Warta Kota
Sebanyak 100 tim hari Se­la­sa (31/3) ini akan menyemprot­kan air di kawasan hilir Situ Gin­tung untuk membersihkan lumpur yang terbawa air bah ketika tanggul Situ Gintung je­bol Jumat (27/3) pagi. Dengan penyemprotan, diharapkan kor­ban yang tertimbun lumpur dapat ditemukan.
Kepala Pusat Krisis dan Ben­cana Departemen Kesehatan, Rus­tam Pakaya, mengatakan pe­nyem­protan akan dilakukan mu­lai pukul 07.00. ”Setiap tim terdiri atas tiga personel se­hingga ada 300 orang menyemprot lo­ka­si hingga satu kilometer dari tanggul,” katanya, Se­nin (30/3).
Menurut Rustam, pe­nyem­prot­­an merupakan teknik mem­­ber­sih­kan lumpur dan sam­pah yang menumpuk di lo­kasi bencana. Peng­­gelontoran ini bertuju­an mencegah merebaknya pe­nya­kit-penyakit yang biasa muncul pas­cabanjir. Di­ha­rapkan, pe­nyem­protan juga me­r­ingankan tugas tim SAR da­lam mencari kor­ban.
Kemarin atau hari keempat tra­­gedi Situ Gintung, pencarian kor­ban dilakukan tim SAR mau­pun ma­syarakat. Namun, hingga Se­­nin petang, tak ditemukan satu pun korban. De­ngan de­mi­kian, jum­lah korban te­was pada benca­na Situ Gin­tung sama de­ngan da­ta yang di­ke­luarkan se­hari se­be­lum­nya.
Pusat Krisis dan Bencana Dep­­kes mencatat korban tewas tragedi Situ Gintung mencapai 99 jiwa se­­dangkan korban hi­lang tinggal lima. Namun, Pos­ko Situ Gintung mencatat korban tewas mencapai 99 orang, kor­ban luka 190, dan kor­ban selamat mencapai 139 orang. Hing­ga semalam, belum di­­per­oleh klarifikasi atas perbedaan angka korban jiwa ini.
Sejumlah sukarelawan, ke­ma­­rin, membersihkan lumpur di pe­la­taran maupun kantor, ruang ku­­liah, dan perpusta­ka­an Uni­ver­­sitas Muhammadiyah Ja­karta (UMJ). Sejumlah pe­ra­bot kampus se­perti meja, kur­si, dan komputer ter­kena lum­pur yang dibawa air bah pada mu­sibah Jumat pagi pe­kan lalu.
Pihak UMJ mengizinkan kam­­pus­nya digunakan sebagai lokasi pengungsian selama dua minggu terhitung sejak jebolnya tanggul Situ Gintung atau Jumat lalu. Se­­te­­lah itu, kampus harus di­ko­song­kan dari pengungsi karena akan digunakan untuk per­ku­liah­­an.
Rektor UMJ Dr Hj Masyitoh MAg minta Pemkot Tangerang Se­­­latan mengambil alih pe­nang­an­an para korban. Di kam­pus UMJ, pa­ra pengungsi di­tampung di tiga ge­dung fa­kultas an­tara lain Fa­kul­tas Ke­dok­teran dan Fakultas Hu­kum.
Menurut Masyitoh, akibat je­bol­nya tanggul Situ Gintung pi­hak UMJ menderita kerugian se­­nilai Rp 10 miliar, termasuk be­­ru­pa kerusakan bangunan. Se­­ba­nyak lima gedung menga­la­mi ru­sak berat di antaranya ge­dung Fa­­kultas Pertanian, la­boratorium, sarana pendidikan anak usia dini dan taman ka­nak-kanak, serta ge­dung Unit Bis­nis Center yang ter­diri atas laboratorium dan ko­perasi.
Menurut Masyitoh, per­pus­ta­ka­an UMJ maupun ko­lek­si­nya juga rusak parah. Selain itu data pa­ra mahasiswa juga hi­lang atau­­pun rusak. Se­men­tara tiga mo­bil kampus hilang sedangkan delapan kendaraan lainnya rusak pa­rah, ter­ma­suk dua bus kampus. ”Saya kira nggak bisa lagi diperbaiki,” katanya di kampus UMJ, ke­marin. Masyitoh berharap pe­me­­rintah membantu pemulih­an kampus UMJ.
Para petugas pemadam ke­ba­­­karan, kemarin, menyem­prot­­kan air ke wilayah paling de­kat de­ngan tanggul yang merupakan wilayah yang mengalami ke­ru­sak­­an terparah. Petugas juga meng­guna­kan alat-alat be­rat untuk me­nyingkirkan re­run­tuh­an bangun­an maupun sampah.
Dengan dibersihkannya lo­ka­si tersebut, warga kesulitan menemukan lokasi rumahnya. Pa­­­da­hal di lokasi itu tadinya ada 319 rumah, termasuk mi­lik Mulyadi, yang mengaku ting­gal di ka­wa­san itu sejak 1967. Mulyadi juga mengakui ta­nahnya belum ber­ser­tifikat. ”Warga di sini hanya me­miliki gi­rik,” ujarnya. Mulyadi ber­ha­rap pemerintah memberi ke­mu­dahan bagi korban Situ Gin­­tung untuk mendapatkan ru­mah.
Hingga kemarin, puluhan orang dari luar Cireundeu da­tang ke lo­kasi bencana Situ Gin­­tung se­ka­dar untuk me­muas­­kan rasa ingin tahunya. (yos/sab)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar