Sebanyak 100 tim hari Selasa (31/3) ini akan menyemprotkan air di kawasan hilir Situ Gintung untuk membersihkan lumpur yang terbawa air bah ketika tanggul Situ Gintung jebol Jumat (27/3) pagi. Dengan penyemprotan, diharapkan korban yang tertimbun lumpur dapat ditemukan.
Kepala Pusat Krisis dan Bencana Departemen Kesehatan, Rustam Pakaya, mengatakan penyemprotan akan dilakukan mulai pukul 07.00. ”Setiap tim terdiri atas tiga personel sehingga ada 300 orang menyemprot lokasi hingga satu kilometer dari tanggul,” katanya, Senin (30/3).
Menurut Rustam, penyemprotan merupakan teknik membersihkan lumpur dan sampah yang menumpuk di lokasi bencana. Penggelontoran ini bertujuan mencegah merebaknya penyakit-penyakit yang biasa muncul pascabanjir. Diharapkan, penyemprotan juga meringankan tugas tim SAR dalam mencari korban.
Kemarin atau hari keempat tragedi Situ Gintung, pencarian korban dilakukan tim SAR maupun masyarakat. Namun, hingga Senin petang, tak ditemukan satu pun korban. Dengan demikian, jumlah korban tewas pada bencana Situ Gintung sama dengan data yang dikeluarkan sehari sebelumnya.
Pusat Krisis dan Bencana Depkes mencatat korban tewas tragedi Situ Gintung mencapai 99 jiwa sedangkan korban hilang tinggal lima. Namun, Posko Situ Gintung mencatat korban tewas mencapai 99 orang, korban luka 190, dan korban selamat mencapai 139 orang. Hingga semalam, belum diperoleh klarifikasi atas perbedaan angka korban jiwa ini.
Sejumlah sukarelawan, kemarin, membersihkan lumpur di pelataran maupun kantor, ruang kuliah, dan perpustakaan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Sejumlah perabot kampus seperti meja, kursi, dan komputer terkena lumpur yang dibawa air bah pada musibah Jumat pagi pekan lalu.
Pihak UMJ mengizinkan kampusnya digunakan sebagai lokasi pengungsian selama dua minggu terhitung sejak jebolnya tanggul Situ Gintung atau Jumat lalu. Setelah itu, kampus harus dikosongkan dari pengungsi karena akan digunakan untuk perkuliahan.
Rektor UMJ Dr Hj Masyitoh MAg minta Pemkot Tangerang Selatan mengambil alih penanganan para korban. Di kampus UMJ, para pengungsi ditampung di tiga gedung fakultas antara lain Fakultas Kedokteran dan Fakultas Hukum.
Menurut Masyitoh, akibat jebolnya tanggul Situ Gintung pihak UMJ menderita kerugian senilai Rp 10 miliar, termasuk berupa kerusakan bangunan. Sebanyak lima gedung mengalami rusak berat di antaranya gedung Fakultas Pertanian, laboratorium, sarana pendidikan anak usia dini dan taman kanak-kanak, serta gedung Unit Bisnis Center yang terdiri atas laboratorium dan koperasi.
Menurut Masyitoh, perpustakaan UMJ maupun koleksinya juga rusak parah. Selain itu data para mahasiswa juga hilang ataupun rusak. Sementara tiga mobil kampus hilang sedangkan delapan kendaraan lainnya rusak parah, termasuk dua bus kampus. ”Saya kira nggak bisa lagi diperbaiki,” katanya di kampus UMJ, kemarin. Masyitoh berharap pemerintah membantu pemulihan kampus UMJ.
Para petugas pemadam kebakaran, kemarin, menyemprotkan air ke wilayah paling dekat dengan tanggul yang merupakan wilayah yang mengalami kerusakan terparah. Petugas juga menggunakan alat-alat berat untuk menyingkirkan reruntuhan bangunan maupun sampah.
Dengan dibersihkannya lokasi tersebut, warga kesulitan menemukan lokasi rumahnya. Padahal di lokasi itu tadinya ada 319 rumah, termasuk milik Mulyadi, yang mengaku tinggal di kawasan itu sejak 1967. Mulyadi juga mengakui tanahnya belum bersertifikat. ”Warga di sini hanya memiliki girik,” ujarnya. Mulyadi berharap pemerintah memberi kemudahan bagi korban Situ Gintung untuk mendapatkan rumah.
Hingga kemarin, puluhan orang dari luar Cireundeu datang ke lokasi bencana Situ Gintung sekadar untuk memuaskan rasa ingin tahunya. (yos/sab)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar