Senin, 25 Mei 2009

Kenalkan Bahasa Lewat Cerita

BANYAK cara dilakukan orangtua untuk menyiapkan anaknya agar bisa bersaing di era globalisasi ini. Salah satunya dengan mengajari bahasa asing, misalnya bahasa Inggris, sejak usia kanak-kanak. Cara yang lazim dilakukan adalah memasukkan sang anak ke lembaga kursus.

Masalahnya, di Indonesia yang bahasa resminya bukan bahasa Inggris tentu perlu usaha keras agar anak bisa ber-cas-cis-cus dengan bahasa asing itu. Sementara mengikuti kursus juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Bisakah mengajari anak berbahasa asing dengan cara yang lebih hemat? Tentu bisa, terutama jika dilakukan sejak usia dini.

Orangtua tidak harus keluar uang banyak asalkan mau meluangkan waktu untuk membacakan cerita bagi anak. Tentunya cerita dalam bahasa asing seperti bahasa Inggris. Hasilnya tak kalah dahsyat. Anak akan merekam kosa kata bahasa asing itu meski dia belum paham benar.

”Ketika bayi mungkin waktunya cukup 3 menit, tapi semakin besar si anak, bisa ditambah menjadi sedikitnya 20 menit setiap hari untuk membacakan cerita. Bisa dilihat efeknya dahsyat,” kata pendiri komunitas Reading Bugs, Roosie Setiawan, dalam talkshow ‘Melatih Kemampuan Anak dalam Menyimak Melalui Cerita’ di Auditorium Museum Bank Mandiri, pekan lalu.

Dijelaskan, orangtua bisa mengenalkan bahasa Inggris lewat cerita. Ketika orangtua membacakan cerita, otak bayi dan anak balita seperti spons yang menyerap seluruh informasi. Termasuk ketika orangtua ingin ‘memasukkan’ kosa kata bahasa Inggris.

”Apa yang terjadi ketika membacakan cerita bukan hanya bacaan saja (yang ditangkap anak) tapi juga kedekatan orangtua. Juga memberi stimulus otak anak dengan cara yang menyenangkan. Secara alami manusia senang melakukan hal yang menyenangkan,” ujar Roosie.

Konsisten
Ketika cerita itu mengalir dari mulut orangtuanya, kosa kata baru pun terserap oleh anak. Setelah cukup kosa kata, mulai ada ketrampilan bicara, kemudian maju lagi dengan kemampuan membaca, dilanjutkan kemampuan menulis.

”Otak yang berisi sel yang mencapai triliunan membuat kemampuannya begitu dahsyat. Jadi memberikan bacaan dua bahasa tidak akan membuat otak anak penuh,” ujarnya. Anak pun akan lebih mudah mempelajari bahasa Inggris, karena kata-kata yang diajarkan seolah-olah begitu familiar dan lebih mudah dimengerti.

Biar bagaimanapun bahasa Inggris bukanlah bahasa ‘ibu’ atau bahasa yang dipakai sehari-hari. Bahasa Indonesia tetaplah bahasa yang sering didengar anak sehari-hari. Terlebih, tidak sedikit orangtua yang harus bekerja dan anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan pengasuh atau pembantu yang notabene tidak bisa berbahasa Inggris.

Namun, orangtua tidak perlu kecil hati. Asal konsisten, anak tidak akan bingung menyerap dua bahasa bahkan lebih. ”Terpenting harus konsisten. Orangtuanya — bisa ayah atau ibu— konsisten membacakan cerita dengan bahasa Inggris, sedangkan dengan pengasuh berbahasa Indonesia,” kata Roosie. (Lilis Setyaningsih)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar