Minggu, 12 April 2009

DALAM undang-undang, anggaran untuk pendidikan dialokasikan sebesar 20%, sehingga diharapkan pendidikan di Indonesia dapat lebih maju bila dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Pengalokasian anggaran sebesar itu kenyataannya belum dapat terealisasi sepenuhnya sampai saat ini. Penyebabnya banyak. Yang jelas anggaran untuk pendidikan sampai saat masih kurang dari kebutuhan yang seharusnya. Oleh karena itu wajarlah kalau mutu pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah.

Pendidikan tingkat menengah dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah umum seperti SMA atau sejenisnya. Sedangkan pendidikan menengah kejuruan, seperti SMK (Sekolah Menengah Kejuruan).

Pengelolaan dua kelompok sekolah ini sangat berbeda jauh. Untuk SMA, tujuan utamanya adalah tamatannya dapat diterima/melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sedangkan SMK tamatannya diharapkan dapat bekerja pada perusahaan/instansi/orang lain atau menciptakan lapangan kerja sendiri.

Oleh karena itu pendidikan di SMK diharapkan dapat membekali para siswaya/tamatannya berupa keterampilan yang dapat menjadi bekal hidup kelak di kemudian hari.

Untk mencetak tamatan seperti tersebut di atas dibutuhkan biaya tidak sedikit. Apalagi di SMK yang menyelenggarakan beberapa bidang keahlian (jurusan), jelas biaya sangat tinggi. Misalnya satu SMK menyelenggarakan bidang keahlian teknik mesin dan bidang keahlian Bisnis dan Manajemen, maka pengeluaran biaya untuk kegiatan belajar - mengajarnya harus selalu tersedia, kalau kegiatan itu ingin lancar.

Praktik

Secara umum kegiatan belajar- mengajar di SMK meliputi teori dan praktik. Kegiatan belajar teori pada prinsipnya sama dengan sekolah umum. Sedangkan kegiatan belajar praktik merupakan kegiatan belajar yang seharusnya lebih banyak dibanding dengan kegiatan teori. Oleh karena itu sebenarnya untuk SMK ruang teori bukan merupakan hal sangat penting, karena siswa seharusnya lebih banyak di ruang praktik.

Untuk menunjang kegiatan belajar praktik di SMK, diperlukan dana untuk penyediaan peralatan maupun bahan praktik yang dibutuhkan.

Tanpa tersedianya alat dan bahan tersebut, maka SMK akan menjadi SMK teori atau dikenal juga istilah SMK sastra. Alat dan bahan yang dibutuhkan kegiatan praktik siswa rata-rata harganya relatif mahal, sehingga untuk kelancaran praktik tersebut diperlukan biaya yang banyak/besar.

Disamping itu, untuk mencapai sasaran yang diharapkan diperlukan tenaga pengajar/guru yang mempunyai kompetensi di bidangnya. Untuk mendapatkan guru yang seperti ini tidak mudah. Apalagi teknologi terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Seharusnya guru selalu mengikuti perkembangan teknologi agar tidak ketinggalan teknologi. Diharapkan mereka mengajarkan teknologi yang terkini. Hal ini pun masih terdapat kendala, karena pendidikan memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga yang diajarkan sekarang mungkin pada saat siswa tamat, teknologi tersebut sudah ketinggalan.

Sangat Perlu

Pelatihan atau kursus merupakan suatu hal yang sangat diperlukan guru SMK, agar tidak ketinggalan teknologi. Beberapa cara, baik pelatihan di dalam maupun di luar negeri. Diadakan/diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh sekolah itu sendiri secara mandiri, jika sekolah itu mampu.

Mengirim guru untuk meng-ikuti pelatihan yang dibiayai sendiri oleh sekolah, perlu memperhitungkan biaya yang dikeluarkan. Selain biayanya menjadi cukup tinggi, juga perlu dihitung secara cermat agar pengiriman mengikuti pelatihan tidak mengganggu kegiatan di sekolah.

Mungkin juga dapat dicari tempat-tempat pelatihan yang dapat membantu pelatihan guru.

Jika mengirim guru untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah, sekolah harus menunggu program pemerintah. Pelatihan apa yang akan diselenggarakan dan kapan pelaksanaannya, sehingga walaupun kita sudah sangat butuh guru mempunyai kompetensi tertentu, kalau pemerintah belum menyelenggarakan, maka guru tetap menunggu. Di sisi lain pemerintah masih menunggu anggaran yang tepat untuk itu.

Berbeda dengan pelatihan yang direncanakan dan dibiayai sendiri oleh sekolah. Jenis pelatihan apa yang dibutuhkan dan kapan akan dilaksanakan dapat segera diadakan.Dengan cara ini sekolah tidak mengalami kesulitan mendapatkan kompetensi guru yang sangat dibutuhkan.

Disamping kegiatan belajar teori dan praktik di sekolah, siswa juga diwajibkan mengikuti kegiatan Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Sekarang disebut juga dengan istilah Praktik Kerja Industri (Prakerin). Semua siswa SMK wajib mengikuti program ini. Pelaksanaannya dapat dimulai dari kelas 1 sampai kelas 3. Namun biasanya prakerin ini dilaksanakan mulai dari kelas 2 dan 3. Karena kalau mulai dari kelas 1, dianggap belum siap.

Lama kegiatan prakerin ini antara satu sekolah dengan sekolah lain bervariasi (tidak sama). Juga antara bidang keahlian yang satu dengan yang lain pun waktunya tidak sama. Tempat prakerin pun menentukan lama tidaknya prakerin tersebut. Oleh karena itu banyak hal yang menentukan lama tidaknya waktu prakerin. Secara umum lama prakerin berkisar antara tiga bulan sampai enam bulan.

Tempat/lokasi prakerin dapat dibicarakan antara siswa dengan sekolah. Karena tempat prakerin ini dapat dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah. Bagi sekolah yang kegiatan Unit Produksinya sudah berkembang dapat digunakan untuk prakerin.

Unit produksi di SMK merupakan kegiatan usaha yang bertujuan untuk memperoleh nilai tambah/keuntungan dari kegiatan usaha. Baik kegiatan usaha jasa atau kegiatan produksi, sehingga diharapkan ada tambahan pemasukan untuk sekolah, yang dapat mendukung Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah.

Bagi sekolah yang unit produksinya belum berkembang, pelaksanaan prakerin dilaksanakan di luar sekolah. Pengertian di luar sekolah yaitu dilaksanakan di dunia usaha atau dunia industri. Riilnya tempat pelaksanaan prakerin di instansi pemerintah atau swasta dan dapat pula dilaksanakan di perusahaan-perusahaan baik milik pemerintah maupun swasta yang ada di Indonesia.

Bagi sekolah yang sudah maju dan mampu, prakerin tidak hanya dilaksanakan di dalam negeri tetapi dilaksanakan juga di luar negeri, dengan waktu pelaksanaan relatif lebih lama. Rata-rata waktunya lebih lama bila dibanding dengan prakerin yang dilaksanakan di Indonesia (dalam negeri).

Negara tujuan perlu disesuaikan dengan bidang keahlian dari sekolah pengirim peserta prakerin. Untuk kelancaran prakerin sekolah perlu mempersiapkan, baik siswanya ataupun pelengkapan administrasinya.,sehingga siswa tidak mengalami hambatan untuk keberangkatannya ke luar negeri.

Untuk melaksanakan prakerin ini, kalau tempatnya di luar sekolah/di luar luar propinsi atau bahkan di luar negeri, sudah barang tentu juga diperlukan dana yang tidak sedikit, baik yang menjadi beban siswa itu sendiri maupun beban sekolah.

Biaya itu antara lain untuk transportasi dan kalau prakerin ke luar negeri disamping biaya transportasi juga untuk penyelesaian surat-surat/administrasi.

Kalau biaya-biaya itu dikumpulkan atau dihitung dari awal, siswa masuk sampai siswa tamat dari SMK, maka jumlahnya menjadi sangat besar. Bila dibandingkan dengan sekolah umum, bedanya sangat jauh/besar. Hal ini kadang-kadang orang tua/wali siswa ada yang belum menyadari, sehingga kalau pihak sekolah mengajukan anggaran belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat/orang tua siswa.

Memang pemerintah melalui Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) telah menawarkan beberapa program untuk membantu kelancaran pelaksanaan program di SMK. Namun tidak semua SMK dapat mengajukan bantuan tersebut karena ada beberapa faktor persyaratan yang sulit/tidak dapat dipenuhi. Disamping itu dari pemerintah Provinsi atau Kabupaten juga kadang-kadang ada bantuan untuk SMK.

Namun lagi-lagi belum dapat menjangkau ke semua sekolah karena jumlah SMK baik dalam hitungan tingkat provinsi maupun kabupaten jumlahnya cukup banyak, sehingga yang mendapat bantuan pun menjadi sangat terbatas. Maka tinggal pandai-pandainya sekolah bersaing untuk mendapatkan bantuan tersebut.

Dari jumlah SMK yang hitungannya banyak itu untuk wilayah Provinsi Jawa Tengah dan kabupaten-kabupaten yang ada , jumlah SMK negerinya sangat sedikit. Sebagian besar adalah sekolah swasta yang kondisinya sangat bervariasi. Dari sekolah kondisinya sangat baik sampai sekolah yang kondisinya kurang baik.

Keberadaan/lokasi SMK inipun sangat beragam. Ada SMK yang lokasinya di kota dan sangat strategis sampai dengan SMK yang lokasinya jauh dari kota atau di desa. Letak/lokasi keberadaan SMK ini sangat mempengaruhi perkembangan sekolah.

Rata-rata SMK yang berada di kota lebih cepat mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, dibanding sekolah yang jauh dari kota. Hal ini dikarenakan adanya dorongan dari luar sekolah yang selalu terjadi perubahan/perkembangan, sehingga mau tidak mau sekolah terpacu untuk mengikuti perkembangan yang ada di sekitarnya.

Untuk menunjang kelancaran kegiatan belajar - mengajar baik itu sekolah negeri maupun swasta diperlukan dana. Dana dapat digali melalui beberapa sumber. Namun bagi sekolah swasta sumber dana utama adalah dari orang tua siswa. Padahal yang masuk SMK terutama rata-rata dari kalangan ekonomi menengah ke bawah dan sebagian besar berada jauh dari kota. Karenanya kalau orang tua siswa dimintai biaya sekolah yang tinggi merasa keberatan. Seharusnya biaya yang dikeluarkan orang tua siswa SMK jauh lebih besar dibanding biaya untuk sekolah umum.

Bagi sekolah swasta disamping untuk membiayai kegiatan-kegiatan seperti tersebut di atas, juga untuk membayar honorarium guru. Sebagian besar sekolah swasta gurunya juga guru swasta, yang pembayaran honorarium/gajnya tergantung sekolah atau yayasan sebagai penyelenggara.

Antara biaya dan prestasi sekolah merupakan suatu hal saling berhubungan. Sekolah dapat maju dan berkembang apabila ditunjang dengan dana yang cukup. Akan tetapi kalau dana tersebut dibebankan kepada orang tua siswa maka bebannya menjadi berat. Mungkin jumlah siswa di SMK sedikit, karena tidak mampu membayar sekolah.

Dari kenyataan tersebut di atas maka SMK sulit melakukan perkembangan. Yang terjadi saat ini pada sekolah-sekolah terutama yang kesulitan dana, hanya melaksanakan kurikulum apa adanya. Tuntutan perkembangan masih menjadi anggaran atau impian saja. Kecuali kalau ada donatur/intitusi yang dengan suka rela membantu sekolah yang sedang mengalami kesulitan dana tersebut.(18)

- Ir Tawan Rosidi, Pengawas SMK Kabupaten Banjarnegara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar