Minggu, 12 April 2009

SEMARANG - Dalam menyampaikan materi pembelajaran, para guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) masih menerapkan metode klasik. Padahal itu tidak sesuai jika diterapkan pada pembelajaran untuk anak usia dini.

"Jika metodenya saja tidak tepat bagaimana proses pembelajaran bisa berhasil,'' kata ketua Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Jawa Tengah, Ir Nila Kusumaningtyas, Senin (29/1).

Sebelumnya Direktur PAUD Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Dr Gutama menjelaskan, sekitar 60% dari 55.000 lembaga PAUD nonformal di Indonesia belum memahami metode pembelajaran yang seharusnya diterapkan. Sisanya belum matang dalam pemahaman metode.

Melalui metode klasik, Nila menuturkan, proses pembelajaran masih berpusat pada guru. Sementara anak hanya meniru terhadap apa yang dilakukan guru. "Dengan metode itu, pemikiran anak susah untuk berkembang karena terbiasa meniru,'' jelas dia.

Sistem belajar sambil bermain, ungkap dia, merupakan metode yang paling tepat diterapkan pada anak usia dini. Dalam penerapannya pun disesuaikan dengan perkembangan dan karakter masing-masing anak.

Guru hanya memberi gagasan, sedangkan anak mengembangkan sendiri sesuai dengan pola pikirnya. "Cara yang diterapkan untuk masing-masing anak akan berbeda antara satu dengan yang lain,'' jelas dia.

Dengan diterapkannya sistem klasik, menurut dia, menunjukkan kurangnya kreatifitas guru. Di samping itu juga karena para guru PAUD berpatokan pada standar yang ditetapkan SD.

"Saat ini seleksi masuk SD minimal anak harus sudah bisa membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Padahal, seharusnya untuk anak usia dini belum saatnya diajarkan calistung,'' tutur dia. (H31-62)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar